KARYA ILMIAH
PENENTUAN TRAYEK pH BERBAGAI INDIKATOR ALAM
Disusun oleh:
1. DELVI SYELVIA
2. MAYA KARTIKA
3. SATRIA JULIER MANPAKI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMA NEGERI 1 BENGKULU SELATAN
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah
Dengan judul
PENENTUAN TRAYEK pH BERBAGAI INDIKATOR ALAM
Disusun oleh:
1. Delvi Syelvia
2. Maya Kartika
3. Satria Julier Manpaki
Karya ilmiah remaja ini kami sahkan dan setujui untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan tahun 2011.
Pembimbing
Lennie Puspita Ayu
NIP. 19740926200312
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk dan wajah kamu, tetapi Dia menilai hati dan perbuatan kamu.
(HR. Muslim)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
(Kahlil Gibran)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Heather Pryor)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Muhammad Ali)
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri.
(Thomas Alva Edison)
PERSEMBAHAN
KTI ini saya persembahan untuk :
Terima kasih kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya karya ilmiah ini dapat kami selesaikan.
Ibu dan Bapak tercinta karena telah mendukung kami dalam proses membuat karya tulis ilmiah ini.
Kepada guru-guru yang membimbing kami dalam menyusun karya ilmiah ini, terutama ibu lennie puspita ayu dan bapak asep kusrahman.
Sahabat-sahabat kami yang selalu memberi dukungan dan bantuan
Orang-orang yang selalu mensupport kami
Teman-teman yang ada di sekeliling kami
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang mendalam kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun untuk perlombaan Karya Ilmiah Remaja.
Karya ilmiah ini saya beri judul “penentuan trayek pH terhadap berbagai indicator alam”. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mengalami hambatan mulai dari perencenaan hingga penyelesaiannya. Penulis juga menyadari masih adanya kekurangan ataupun kelemahan baik ditinjau dari Ilmu Pengetahuan maupun tata bahasa, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dari rekan-rekan sekalian yang sifatnya memberikan ide-ide sehingga dapat menghasilkan suatu karya tulis ilmiah yang bermanfaat bagi kita semua.
Dengan terwujudnya karya tulis ilmiah ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Mustafa Lufti, S.Pd , M. Pd selaku kepala sekolah SMAN 1 Bengkulu Selatan.
2. Pak Asep dan ibu lennie puspita ayu selaku pembimbing yang telah banyak membantu memberikan petunjuk dan bimbingan, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung.
4. Kakak-kakak yang telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat kami yang banyak memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat.
Bengkulu selatan, April 2011
Penulis
Delvi Syelvia
DAFTAR ISI
v Halaman pengesahan......................................................................................... i
v Halaman Motto.................................................................................................. ii
v Halaman Persembahan..................................................................................... iii
v Kata pengantar.................................................................................................. iv
v Daftar Isi............................................................................................................. v
v Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan penelitian............................................................................................
D. Manfaat penelitian.........................................................................................
v Bab II Landasan Teori
A. Indikator........................................................................................................
B. Bunga Bougeinvillea sp. ...............................................................................
C. Bunga kembang sepatu .................................................................................
D. Kunyit............................................................................................................
E. ekstraksi.........................................................................................................
F. Larutan penyangga........................................................................................
G. Titrasi.............................................................................................................
v Bab III Metode penelitian
A. Metode dan Prosedur....................................................................................
B. Pembahasan...................................................................................................
v Bab IV hasil penelitian dan pembahasan
A. Hasil penelitian..............................................................................................
B. Pembahasan...................................................................................................
v Bab IV Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
v Daftar Pustaka...................................................................................................
v Lampiran foto....................................................................................................
v Lampiran ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mementukan sifat asam atau basa suatu larutan digunakan indicator asam basa, Indikator asam-basa adalah zat yang dapat digunakan untuk memnentukan sifat asam atau basa suatu larutan. Indikator ini harus berwarna berbeda pada larutan asam dengan larutan basa. Indikator asam-basa yang paling banyak digunakan adalah lakmus yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.
Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan kedalam larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asam (pH < 7) sedangkan dalam larutan basa (pH > 7) kedua lakmus (merah dan biru) akan berwarna biru. Selain indicator lakmus juga ada beberapa indikator lain yang digunakan yaitu :
a. Metil Merah ( MM )
b. Metil Jingga
c. Fenolftalin
d. Brom Timol Biru
Indicator-indikator di atas mempunyai trayek pH dan perubahan warna tertentu seperti tabel berikut :
Indicator | Trayek perubahan warna | Perubahan warna |
Lakmus | 5,5-8,0 | Merah-biru |
Metil jingga | 2,9-4,0 | Merah-kuning |
Metil merah | 4,2-6,3 | Merah-kuning |
Bromtimol biru | 6,0-7,6 | Kuning-biru |
Fenolftaelin | 8,3-10,0 | Tidak bewarna-merah |
(www.google.com)
Indikator diatas merupakan indicator pabrikan dan mempunyai harga relative mahal serta tidak setiap sekolah mampu membeli indicator tersebut. Di alam banyak tumbuhan yang berwarna misalnya, bunga bugenvil ( bougainvillea sp.) kunyit ( curcuma sp.), bunga kembang sepatu ( hibiscus rosa sinensis).
Hasil riset dan uji laboratorium, pada bunga-bunga yang tergolong surfaktan terhadap asam yang terdiri dari bunga bugenvil ( bougainvillea sp.) kunyit ( curcuma sp.), bunga kembang sepatu ( hibiscus rosa sinensis) menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung zat yang bisa mengidentifikasi dan mereduksi asam atau basa dalam suatu zat tertentu.
Suatu ekstrak tumbuhan dapat dinyatakan sebagai asam basa apabila warna tumbuhan tersebut bereaksi terhadap larutan asam basa. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan menggunakan bunga bugenvil (merah, merah muda, ungu muda, ungu tua), bunga kembang sepatu (jingga,), kunyit (kuning), sepanjang pengetahun penulis belum diketahui trayek pH berbagai ekstrak bunga tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Berapakah trayek pH beberbagai ekstrak bunga dan ekstrak kunyit.
2. Apa warna berbagai ekstrak bunga dan ekstrak kunyit pada berbagai pH.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan trayek trayek pH berbagai ekstrak bunga dan ekstrak kunyit.
2. Mengetahui warna berbagai ekstrak bunga dan ekstrak kunyit pada berbagai pH.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui trayek pH dan perubahan warna dari berbagai ekstrak mahkota bunga dan ekstrak kunyit.
2. Dapat menggunakan ekstrak mahkota berbagai bunga dan ekastrak kunyit sebagai pengganti indikator pabrikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Indikator
Indikator asam – basa biasanya di buat dalam bentuk larutan (dalam air, etanol, atau pelarut lain). Indikator asam-basa adalah zat yang dapat digunakan untuk memnentukan sifat asam atau basa suatu larutan. Indikator ini harus berwarna berbeda pada larutan asam dengan larutan basa. Indikator asam-basa yang paling banyak digunakan adalah lakmus yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.
Lakmus adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan kedalam larutan asam/basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asam (pH < 7) sedangkan dalam larutan basa (pH > 7) kedua lakmus (merah dan biru) akan berwarna biru.
Indicator | Trayek perubahan warna | Perubahan warna |
Lakmus | 5,5-8,0 | Merah-biru |
Metil jingga | 2,9-4,0 | Merah-kuning |
Metil merah | 4,2-6,3 | Merah-kuning |
Bromtimol biru | 6,0-7,6 | Kuning-biru |
Fenolftaelin | 8,3-10,0 | Tidak bewarna-merah |
2.1 tabel trayek perubahan warna dari beberapa indicator
(www.google.com)
B. Bunga kembang kertas ( bougenvillea .sp )
Klasifikasi dari bunga bougainvilliea :
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Nyctaginaceae
Genus: Bougainvillea
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Nyctaginaceae
Genus: Bougainvillea
Bugenvil yang di gunakan ada 4 jenis, yaitu :
Warna bunga umumnya merah, kuning , pink, dan ungu. Dalam penelitian ini menggunakan jenis Bougainvillea buttiana warna ungu , Bougainvillea glabra warna merah, Bougainvillea peruviana warna pink , Bougainvillea spectabilis warna merah.
C. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
klasifikasi dari Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis ) :
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Hibiscus
Spesies: H. rosa-sinensis
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Hibiscus
Spesies: H. rosa-sinensis
Warna bunga umumnya berwarna berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah tua atau merah jambu. Dalam penelitian ini menggunakan bunga berwarna kuning.
D. Kunyit ( Curcumma domestica )
Klasifikasi ilmiah curcuma domestica:
E. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
F. Larutan Penyangga
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
G. Titrasi
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Daftar Alat dan Bahan
No | Nama Alat/Bahan | Spesifikasi | Jumlah |
1 | Gelas kimia | 250 ml | 3 buah |
2 | Gelas Kimia | 100 ml | 3 buah |
3 | Gelas ukur | 250 ml | 2 buah |
5 | Gelas ukur | 10 ml | 3 buah |
6 | Buret | 50 ml | 1 buah |
7 | Labu ukur | 1000 ml | 3 buah |
8 | Labu ukur | 250 ml | 3 buah |
9 | Gelas Erlenmeyer | 125 ml | 3 buah |
10 | Pipet gondok | 10 ml | 3 buah |
11 | Pipet ukur | 10 ml skala 0,01 | 1 buah |
12 | Neraca Ohaus 311 | 4 lengan | 1 buah |
13 | Corong | Ø 6 cm | 1 buah |
14 | Lumpang porselin | Ø 10 cm | 1 buah |
15 | Alu | – | 1 buah |
16 | Kertas Saring | Whatt,man 36 | 6 lb. |
17 | Kristal NaOH | Teknik | secukupnya |
18 | kristal H2C2O6 | Teknik | Secukupnya |
19 | Larutan CH3COOH | Pekat, teknik | Secukupnya |
20 | Larutan HCl | Pekat , teknik | Secukupnya |
21 | Larutan NH3 | Pekat , teknik | secukupnya |
22 | Kunyit | Segar | 20 gram |
23 | Mahkota bunga bougenvill peruviana pink | Segar | 20 gram |
24 | Mahkota bunga bougenvill glabra merah | Segar | 20 gram |
25 | Mahkota bunga bougenvill buttiana ungu | Segar | 20 gram |
26 | Mahkota bunga bougenvill spectabillis merah | Segar | 20 gram |
27 | Mahkota bunga kembang sepatu kuning | Segar | 20 gram |
28 | Air bersih | - | Secukupnya |
B. Prosedur kerja
1. Pembuatan Ekstrak Mahkota Bunga
a. Timbang bunga sebanyak 20 gram menggunakan Neraca Ohaus
b. Gerus dalam lumpang porselin hingga benar-benar halus/lumat, tambahkan 10 ml alcohol 70% masukkan ke dalam gelas kimia 100 ml
c. Tambahkan air sebanyak 50 ml, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dalam labu erlenmeyer.
d. Simpan dalam labu Erlenmeyer dan ditutup rapat menggunakan plastik terikat.
2. Pembuatan Larutan Asam oksalat 0,1 M untuk larutan standar primer
Larutan H2C2O4 0,1 M dibuat dari padatanya H2C2O4 sebanyak 1000 ml.
Perhitungan mengggunakan persamaan:
Berdasarkan perhitungan massa H2C2O4 digunakan = 9 gram
a. Timbang 9 gram H2C2O4 dalam gelas kimia 100 ml. Larutkan dalam air, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml.
b. Bilas gelas kimia dengan air masukkan kembali ke dalam labu ukur, pembilasan dilakukan 3 kali.
c. Tambahkan air dalam labu ukur sehingga volume tepat 1000 ml.
3. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 M Standar
Larutan NaOH 0,1 M dibuat dari padatanya NaOH sebanyak 1000 ml.
Perhitngan mengggunakan persamaan
Berdasarkan perhitungan massa NaOH digunakan = 4 gram
Prosedur kerja:
a. Timbang 4 gram NaOH dalam gelas kimia 100 ml.Larutkan dalam air, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml.
b. Bilas gelas kimia dengan air masukkan kembali ke dalam labu ukur, pembilasan dilakukan 3 kali.
c. Tambahkan air dalam labu ukur sehingga volume tepat 1000 ml.
Standarisasi Larutan NaoH
Dalam standarisasi larutan NaOH 0,1 M digunakan larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 M sebagai larutan primer:
a. Isi buret dengan larutan H2C2O4 0,1 M sampai skala tertentu.
b. Ambil 10 ml larutan NaOH dengan menggunakan pipet volumetric 10 ml masukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan 4-5 tetes indicator PP.
c. Titrasi NaOH dalam Erlenmeyer dengan menggunakan larutan oksalat smapi warna pink hilang.catat volume
d. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan.
Molaritas NaOH dihitung dengan menggunakan persamaan:
aMaVa = bMbVb
a = valensi asam, untuk oksalat, a = 2
Ma = molaritas asam oksalat 0,1 M
Va = volume asam oksalat
b = valensi basa
Mb = molaritas basa NaOH
Vb = volume basa NaOH 10 ml
Jika hasil titrasi konsentrasi NaOH belum tepat 0,1 M maka dilakukan penambahan NaOH atau pengenceran jika konsentrasi lebih dari 0,1 M . kemudian distandarisasi ulang.
4. Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
Larutan HCl dibuat dari larutan HCl pekat. Data spesifikasi HCl pekat yang tertera pada botolnya sebagai berikut :
Massa jenis = 1,32 gr/ml ; Kadar = 36 % ; Mr = 36,5
Perhitungan molaritas HCl pekat menggunakan persamaan:
M = 13,01
larutan ini diencerkan dengan persamaan :
V1.M1 = V2.M2
V1.13,01=1000.0,1
V1=
V1 = 7,68 ml
Prosedur kerja :
a. Isi labu ukur 1000 ml dengan air kurang lebih 250 ml.
b. Ukur 7,68 dengan menggunakan pipet ukur skala 0,01 masukkan ke dalam labu ukur yang telah diisi air.
c. Dengan menggunakan botol semprot , cuci pipet ukur, cucian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
d. Tambahkan air sampai volume 1000 ml lalu kocok.
Standarisasi HCl dengan menggunakan NaOH standar.
a. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M sampai skala tertentu.
b. Ambil 10 ml larutan HCl dengan menggunkan pipet volumetrik 10 ml masukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian tambhkan indikator PP 4-5 tetes.
c. Titrasi HCl dalam Erlenmeyer dengan menggunakan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna pink. Kemudian catat volume yang terpakai.
d. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan.
Molaritas NaOH dihitung dengan menggunakan persamaan:
aMaVa = bMbVb
a = valensi asam, untuk HCl, a = 1
ma = molaritas asam HCl 0,1 M
Va = volume asam HCl
b = valensi basa
Mb = molaritas basa NaOH
Vb = volume basa NaOH 10 ml
Jika hasil titrasi konsentrasi HCl belum tepat 0,1 M maka dilakukan penambahan HCl atau pengenceran jika konsentrasi lebih dari 0,1 M . kemudian distandarisasi ulang.
5. Pembuatan larutan CH3COOH 0,1 M
Larutan CH3COOH dibuat dari larutan CH3COOH pekat yang tertera dalam label botol sebagai berikut:
Massa jenis = 1, 1 gr/ml
Kadar = 99 %
Mr = 60
M=18,15 M
larutan ini diencerkan dengan persamaan :
V1.M1 = V2.M2
V1.18,15=1000.0,1
V1= 5,5 ml
Prosedur kerja :
a. Isi labu ukur 1000 ml dengan air kurang lebih 250 ml.
b. Ukur 5,5 ml larutan CH3COOH pekat dengan menggunakan pipet ukur skala 0,01 masukkan ke dalam labu ukur yang telah diisi air.
c. Dengan menggunakan botol semprot , cuci pipet ukur, cucian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
d. Tambahkan air sampai volume 1000 ml lalu kocok.
Standarisasi CH3COOH dengan menggunakan NaOH standar.
a. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M sampai skala tertentu.
b. Ambil 10 ml larutan CH3COOH dengan menggunakan pipet volumetrik 10 ml masukkan ke dalam labu Erlenmeyer kemudian tambahkan indikator Pp 4-5 tetes.
c. Titrasi CH3COOH dalam Erlenmeyer dengan menggunakan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna pink, catat volume yang terpakai.
d. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan.
Molaritas NaOH dihitung dengan menggunakan persamaan:
aMaVa = bMbVb
Keterangan
a = valensi asam CH3COOH, untuk l a = 1
ma = molaritas asam CH3COOH 0,1 M
Va = volume asam
b = valensi basa NaOH, untuk b = 1
Mb = molaritas basa NaOH
Vb = volume basa NaOH 10 ml
Jika hasil titrasi konsentrasi CH3COOH belum tepat 0,1 M maka dilakukan penambahan CH3COOH atau pengenceran jika konsentrasi lebih dari 0,1 M . kemudian distandarisasi ulang.
6. Pembuatan larutan NH3 0,1 M
Larutan NH3 dibuat dari larutan NH3 pekat. Data spesifikasi NH3 pekat yang tertera pada botolnya sebagai berikut :
Molaritasnya 17,4 .
V1.M1 = V2.M2
V1.17,4=1000.0,1
V1= 5,74 ml
Prosedur kerja :
e. Isi labu ukur 1000 ml dengan air kurang lebih 250 ml.
f. Ukur 5,74 dengan menggunakan pipet ukur skala 0,01 masukkan ke dalam labu ukur yang telah diisi air.
g. Dengan menggunakan botol semprot , cuci pipet ukur, cucian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
h. Tambahkan air sampai volume 1000 ml lalu kocok.
Standarisasi NH3 dengan menggunakan HCl standar.
e. Isi buret dengan larutan HCl 0,1 M sampai skala tertentu.
f. Ambil 10 ml larutan NH3 dengan menggunakan pipet volumetrik 10 ml masukkan ke dalam labu Erlenmeyer kemudian tambahkan indikator PP 4-5 tetes sehingga warna menjadi pink.
g. Titrasi NH3 dalam Erlenmeyer dengan menggunakan larutan HCl sampai warna pink hilang, catat volume yang terpakai.
h. Titrasi dilakukan 3 kali pengulangan.
Molaritas NH3 dihitung dengan menggunakan persamaan:
aMaVa = bMbVb
Keterangan
a = valensi asam HCl, untuk l a = 1
ma = molaritas asam HCl 0,1 M
Va = volume asam
b = valensi basa NH3, untuk b = 1
Mb = molaritas basa NH3
Vb = volume basa NH3 10 ml
Jika hasil titrasi konsentrasi NH3 belum tepat 0,1 M maka dilakukan penambahan NH3 atau pengenceran jika konsentrasi lebih dari 0,1 M . kemudian distandarisasi ulang.
7. Pembuatan Larutan Dengan pH 1 – 14
a. Pembuatan larutan dengan pH = 1
Larutan dengan pH = 1 dibuat menggunakan larutan HCl 0,1 M yang telah distandarisasi dengan menggunakan NaOH 0,1 M standar.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
b. Pembuatan larutan dengan pH = 2
Dibuat dengan cara mengencerkan larutan HCl 0,1 M sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian ditambah air hingga 100 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
c. Pembuatan larutan dengan pH = 3
Larutan dengan pH = 3 dibuat menggunakan larutan CH3COOH 0,1 M yang telah distandarisasi dengan menggunakan NaOH 0,1 M standar
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
d. Pembuatan larutan dengan pH = 4
Yaitu dengan cara campuran antara larutan NaOH 0,1 M dengan CH3COOH 0,1 M
Dengan memakai rumus larutan penyangga:
Campuran antara asam lemah dengan basa kuat
10 Vb = Va - Vb
10Vb + Vb = Va
11Vb = Va
Va = 110 ml
Vb =10 ml
Setelah mendapatkan volume asam dan basa tersebut, maka campurkan 110 ml larutan asam yaitu CH3COOH 0,1 M dan larutan basa yaitu NaOH 0,1 M kedalam labu Erlenmeyer 125 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
e. Pembuatan larutan dengan pH = 5
Dengan menggunakan campuran CH3COOH 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
Dengan memakai rumus:
Vb = Va-Vb
Vb + Vb = va
2Vb = Va
Untuk menghasilkan 120 ml maka,
Va = 80 ml
Vb = 40 ml
Setelah mendapatkan hasil volume tersebut maka campurkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 40 ml dan CH3COOH 0,1 M sebanyak 80 ml kedalam gelas kimia.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
f. Pembuatan larutan dengan pH = 6
Untuk memperoleh larutan dengan pH 6 maka kami menggunakan rumus larutan penyangga yaitu dengan menggunakan CH3COOH 0,1 M dan CH3COONa.
Mencari mol CH3COONa dengan rumus:
Mmol CH3COOH = V.M = 100.0,1 = 10 mmol
10-6 mg = 10-4
mmol g = 100
Jadi molar garam yang digunakan menggunakan rumus:
mmol CH3COONa = = 0,1 mol
Menghitung CH3COONa yang padat untuk dicampurkan kedalam CH3COOH 0,1 M agar mendapat PH 6
setelah didapat CH3COONa sebanyak 8,2 gram masukkan kedalam gelas Erlenmeyer yang berisi CH3COOH 0,1 M sebanyak 100 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
g. Pembuatan larutan dengan pH = 7
Menggunakan HCl 0,1 m dengan NaOH 0,1 M dengan perbandingan volume 1:1
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
h. Pembuatan larutan dengan pH = 8
Dengan cara menggunakan rumus larutan garam terhidrolis, dimana garam berasal dari asam lemah dengan basa kuat dalam air mengalami hidrolisis sebagian dan bersifat basa (pH>7) . pencampuran antara CH3COOH dengan CH3COONa
pH = 8
pOH = 6
[OH-] = 10-6
10-12 = 10-9 mg
Mg = 10-3
Setelah mendapat molar garam, maka cari berapa massa yang dibutuhkan untuk mendapat pH 8 dengan menggunakan rumus:
gr = 10-4 x 82
gr = 0,082 gram
Setelah didapat massa CH3COONa, masukkan kedalam gelas kimia 100 ml dan campurkan juga CH3COOH 0,1 M sebanyak 100 ml ke dalam gelas kimia.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
i. Pembuatan larutan dengan pH = 9
Sama dengan pH 8 masih menggunakan rumus larutan garam terhidrolis.
pH = 9
pOH = 5
[OH-] = 10-5
10-10 = 10-9 mg
Mg = 10-1
Setelah mendapat molar garam, maka cari berapa massa yang dibutuhkan untuk mendapat pH 9 dengan menggunakan rumus:
gr = 10-2 x 82
gr = 0,82 gram
Setelah mendapat massa CH3COONa maka masukkan ke dalam labu Erlenmeyer setelah itu masukkan juga larutan CH3COOH 0, 1 M ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 100 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
j. Pembuatan larutan dengan pH = 10
pH = 10
pOH = 4
[OH-] = 10-4
10-8 = 10-9 mg
Mg = 101
Setelah mendapat molar garam, maka cari berapa massa yang dibutuhkan untuk mendapat pH 9 dengan menggunakan rumus:
gr = 82 gram
Setelah mendapat massa CH3COONa maka masukkan ke dalam labu Erlenmeyer setelah itu masukkan juga larutan CH3COOH 0, 1 M ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 100 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
k. Pembuatan larutan dengan pH = 11
Larutan dengan pH = 11 dibuat menggunakan larutan NH3 0,1 M yang telah distandarisasi dengan menggunakan HCl 0,1 M standar.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
l. Pembuatan larutan dengan pH = 12
NaOH 0,01 M dibuat dengan cara :
Dibuat dengan cara mengencerkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 10 ml kedalam air sebanyak 100 ml.
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
m. Simpan Pembuatan larutan dengan pH = 13
Larutan dengan pH = 13 dibuat menggunakan larutan NaOH 0,1 M .
Simpan dalam labu Erlenmeyer 125 ml kemudian tutup rapat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
· Bunga Bugenvil Buttiana
No | pH | Warna |
1 | 1 | kuning |
2 | 2 | Kuning |
3 | 3 | Kuning |
4 | 4 | Kuning |
5 | 5 | Kuning |
6 | 6 | Kuning |
7 | 7 | kuning |
8 | 8 | Kuning |
9 | 9 | Kuning |
10 | 10 | Kuning |
11 | 11 | Kuning |
12 | 12 | kuning |
13 | 13 | Hijau Kekuning- kuningan |
· Bunga Bugenvil Glabra Warna Merah
No | pH | Warna |
1 | 1 | Kuning |
2 | 2 | kuning |
3 | 3 | kuning |
4 | 4 | kuning |
5 | 5 | kuning |
6 | 6 | kuning |
7 | 7 | kuning |
8 | 8 | kuning |
9 | 9 | kuning |
10 | 10 | kuning |
11 | 11 | kuning |
12 | 12 | kuning |
13 | 13 | Hijau Kekuning- kuningan |
· Bunga Bugenvil Peruviana Warna Pink
No | pH | Warna |
1 | 1 | Kuning |
2 | 2 | kuning |
3 | 3 | kuning |
4 | 4 | kuning |
5 | 5 | kuning |
6 | 6 | kuning |
7 | 7 | kuning |
8 | 8 | kuning |
9 | 9 | Kuning |
10 | 10 | kuning |
11 | 11 | kuning |
12 | 12 | kuning |
13 | 13 | Hijau Kekuning- kuningan |
· Bunga Bugenvil Spectabilis Merah
No | pH | Warna |
1 | 1 | Kuning |
2 | 2 | Kuning |
3 | 3 | Kuning |
4 | 4 | Kuning |
5 | 5 | Kuning |
6 | 6 | Kuning |
7 | 7 | Kuning |
8 | 8 | Kuning |
9 | 9 | Kuning |
10 | 10 | Kuning |
11 | 11 | Kuning |
12 | 12 | Kuning |
13 | 13 | Hijau Kekuning-kuningan |
· Bunga Kembang Sepatu Kuning
No | pH | Warna |
1 | 1 | Putih |
2 | 2 | Putih |
3 | 3 | Putih |
4 | 4 | Putih |
5 | 5 | Putih |
6 | 6 | Putih |
7 | 7 | Putih |
8 | 8 | Putih |
9 | 9 | Putih |
10 | 10 | Putih |
11 | 11 | Putih |
12 | 12 | Putih |
13 | 13 | Kuning |
· Kunyit
No | pH | Warna |
1 | 1 | Kuning |
2 | 2 | Kuning |
3 | 3 | Kuning |
4 | 4 | Kuning |
5 | 5 | Kuning |
6 | 6 | Kuning |
7 | 7 | Kuning |
8 | 8 | Kuning |
9 | 9 | Kuning |
10 | 10 | Kuning |
11 | 11 | Kuning |
12 | 12 | Kuning |
13 | 13 | Coklat |
B. PEMBAHASAN
Trayek pH pada beberapa objek survei yang diteliti menunjukkan beberapa tingkatan warna yang berbeda. Bisa kita lihat pada trayek survei bunga bougeinville setiap tingkatan asam sampai basa pada bunga ini bertahap untuk bougeinville buttiana, terjadi perubahan warna pada pH 12-13 denga perubahan warna pink-kuning; bunga bougeinville glabra pada pH 12-13 dengan perubahan orange-kuning, peruviana bewarna pink pada pH 12-13 dengan perubahan warna coklat-hijau zombie, spectabilis berwarna merah pada pH 12-13 dengan perubahan berwarna dari pink-kuning.
Rata-rata perubahan antara ke-empat jenis bunga bougenvill terjadi diantara pH 12-pH 13 dan perubahan warna ke basa adalah kuning. Sama halnya dengan objek survey lainnya, yaitu bunga kembang sepatu kuning terjadi perubahan warna dari putih ke kuning dan kunyit terjadi perubahan warna dari kuning ke coklat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan atas uraian dan penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan, sehingga dapatlah penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Indicator alam adalah indicator yang dapat dibuat dengan menggunakan bagian – bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai indikator adalah bunga (mahkota), kulit buah, dan kunyit. Suatu ekstrak tumbuhan dapat dinyatakan sebagai asam basa apabila warna tumbuhan tersebut bereaksi terhadap larutan asam basa. Indicator alam yang dibuat dengan ekstrak bunga sebagai alternative pengganti lakmus. Yang dapat menjadi indicator yang lebik baik, lebih mudah, dan lebih terjangkau.
2. Berdasarkan hasil penentuan trayek pH perubahan warna berbagai ekstrak bunga dan kunyit diperoleh hasil seperti tabel berikut :
No | Nama bunga | Warna ekstrak | Trayek pH | Perubahan warna |
1 | Bunga bougeinvile buttiana warna ungu | Ungu | 12-13 | Kuning ke hijau kekuning-kuningan |
2 | Bunga bougeinvil peruviana warna pink | Pink | 12-13 | Kuning ke hijau kekuning-kuningan |
3 | Bunga bougeinvile glabra warna merah | Merah | 12-13 | Kuning ke hijau kekuning-kuningan |
4 | Bunga bougeinvile spectabilis warna pink | Merah | 12-13 | Kuning ke hijau kekuning-kuningan |
5 | Bunga kembang sepatu warna kuning | Kuning | 12-13 | Putih-kuning |
6 | Kunyit | Kuning | 12-13 | Kuning-coklat |
B. SARAN
Dengan kejadian beberapa tahun terakhir ini yaitu lakmus yang semakin sulit didapat terutama oleh sekolah – sekolah yang jauh dari kota besar telah menjadi masalah di Indonesia, termasuk di kota Bengkulu Selatan. Indicator alam adalah salah satu solusinya. Namun sekolah – sekolah, guru – guru dan para pelajar harus cepat tanggap dalam hal ini, yaitu dengan cara:
1. Memanfaatkan bahan dari alam yang dapat menjadi indicator alam yang baik dan terjangkau.
2. Bunga yang dikira hanya sebagai penghias halaman rumah ternyata dapat digunakan sebagai alternative pengganti lakmus.
3. Selain dapat mengatasi permasalahan menipisnya bahan pembuat lakmus saat ini. Indicator alam yang terbuat dari ekstrak bunga juga dapat mengatasi masalah ekonomis dan keterjangkauan sekolah – sekolah yang jauh dari kota besar yang terbilang cukup sulit untuk mendapatkan lakmus.
4. Harus dapat mengatasi masalah dengan mencari sendiri alternatif lain yang juga tidak kala baik kualitasnya dengan indicator – indicator yang lain bahkan lebih menguntungkan, lebih muda, dan lebih terjangkau.
C. DAFTAR PUSTAKA
Kusrahman, Asep. 2010. Ringkasan Materi Kimia. Bengkulu Selatan.
Latifah, Mihati. 2010. Buku Kimia Star Idola. Solo: Putra Kertonaton
LAMPIRAN FOTO
Bougeinvil Buttiana Warna Ungu |
Bougeinvil Glabra Warna Merah |
Bougeinvilia Peruviana Warna Pink |
Bougeinvil Spectabilis Warna Pink |
Trayek pH pada kunyit |
Ekstrak bunga bougeinvile peruviana warna pink |
Ekstrak kunyit |
Trayek pH pada kembang sepatu kuning |
Trayek pH pada bougeinvil glabra merah |
Trayek pH pada bougeinvil spectabilis pink |
Trayek pH pada bougeinvil buttiana ungu |
Trayek pH pada bougeinvil peruviana pink |
Ekstrak bunga bougeinvile spectabilis warna pink |
Ekstrak bunga bougeinvile buttiana ungu |
Ekstrak bunga bougeinvile glabra warna merah |
Ekstrak bunga kembang sepatu warna kuning |
LAMPIRAN
BIODATA PENYUSUN
1. Nama Lengkap : Delvi Syelvia
Tempat Tanggal Lahir : Bengkulu selatan, 19 Maret 1994
NIS : 7620
Jenis Kelamin : perempuan
Telepon : 085769255150
E-Mail : delvisyelvia07@yahoo.com
Alamat Rumah : jalan Ahmad yani no.22
2. Nama Lengkap : Maya Kartika
Tempat Tanggal Lahir : Bengkulu selatan, 1 Januari 1995
NIS : 7682
Jenis Kelamin : perempuan
Telepon : 087894652817
E-Mail : mayakartika72@yahoo.co.id
Alamat Rumah : Jalan trip kastalani gang lurah.no. 9
3. Nama Lengkap : Satria Julier Manpaki
Tempat Tanggal Lahir : manna, 27 juli 1994
NIS :
Jenis Kelamin : laki- laki
Telepon : 081919237579
E-Mail : satriamanpaki@yahoo.co.id
Alamat Rumah : jalan bachmada rustam 1 no.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar